Amalan ilmu makrifat ada dua yakni tarekat lahiriyah dan batiniyah, Tarekat lahiriyah dengan menjalankan kewajiban dan larangan-Nya, tarekat batiniyah yakni amal laku seperti sabar, ikhlas, zuhud…
BELIMBINGWENING.COM – Seorang hamba hendaknya senantiasa menjadi kekasih Allah yakni berupaya mendekati Allah dan berharap hanya kepada-Nya. Setidaknya ada dua pendekatan seorang hamba dekat dengan Allah Swt. Pertama, jalan lahirilah adalah jalan yang pada umumnya dilalui hamba.
Adapun jalan atau tarekat seorang hamba melalui jalan tarekat lahiriyah yakni dengan menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba. Adapun kewajiban tersebut seperti menjalankan salat, ibadah puasa, zakat hingga pergi haji ke baitullah.
Kedua, jalan batiniyah yakni tarekat yang mengabungkan amalan lahiriyah dan laku hidup seperti bersikap sabar, ikhlas, zuhud, syukur, mahabah dan lain sebagainya. Tarekat batiniyah mengajarkan seorang hamba untuk melakukan amalan-amalan hati agar mencapai derajat nafsu mutamianah yakni jiwa yang tenang.
Kedua tarekat lahiriyah dan batiniyah merupakan upaya amalan ilmu makrifat seorang hamba untuk senantiasa menjadi kekasih Allah Swt. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 152:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada kalian.” (Qs.Al-Baqarah: 152).
Berikut ini maqolah kitab Al-Hikam pasal 8 yang menerangkan tentang amal dan makrifat.
Al-Hikam Pasal 8:
Amal dan Makrifat
اِذاَ فَتحَ لك وُجْهَة ً من التـَّعَرُّفِ فلا تُباَلِ معها ان قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مافتحَهاَ لك الا وهو يرِيد انيتعرَفَ اليكَ
الم تَعلم انَّ التـَّعَرُفَ هوَمورِدهُ عليكَ والاَعمالُ انتَ مُهدِ يها اليهِ واَينَ ماتـُهد يهِ الَيهِ واَينَ ما تُهدِ يهِ اليْهِ مِمَّا هوَ مورِدهُ اليكَ
”Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat (mengenal pada-Nya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa makrifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepada-Nya dengan pemberian karunia Allah kepadamu.”
Sebab kebanyakan manusia menggandalkan urusannya dengan kemampuan dirinya baik itu kepintaran, harta maupun amal perbuatannya. Sangat sedikit orang yang murni berserah diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Sementara di dalam Al-Quran diterangkan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang “aslama wajhahu” (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa dan raganya, hidup dan mati hanya kepada Allah Swt.
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am: 162)
Walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab makrifat itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah Swt. Maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Allah berfirman dalam hadis qudsi:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنِى إِلَى عُوَّادِهِ أَطْلَقْتُهُ مِنْ إِسَارِى ثُمَّ أَبْدَلْتُهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ ، ثُمَّ يَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Jika Aku (Allah) memberikan cobaan (musibah) kepada hambaKu yang beriman sedang ia tidak mengeluh kepada orang yang mengunjunginya maka Aku akan melepaskannya dari tahananKu (penyakit) kemudian Aku gantikan dengan daging yang lebih baik dari dagingnya juga dengan darah yang lebih baik dari darahnya. Kemudian dia memulai amalnya (bagaikan bayi yang baru lahir).” (HR. Al-Hakim, shahih)
Doa yang diajarkan Rasulullah Saw kepada putri tercinta, Fathimah Az-Zahra Ra. Doa yang berisi nasihat Nabi Muhammad Saw untuk senantiasa berdoa pada waktu pagi dan petang:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.” (HR Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim).
Dalam hadis lain disebutkan:
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada tuhan selain Engkau.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Diriwayatkan: Bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi diantara beberapa Nabi-Nya.” Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku.”
Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Allah.