BELIMBINGWENING.COM – Wirid Basmalah adalah salah satu wiridan inti yang diajarkan para ulama. Mengapa ? Karena ia adalah kalimat pertama yang dikenalkan Allah dalam Al-Qur’an. Inilah salah satu penjelasannya.
Wirid Basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم) adalah salah satu wirid yang paling utama. Keagungan dan fadhilah Basmalah pun sudah sangat masyhur di kalangan ulama, santri bahkan muslimin secara luas.
Banyak ijazah dzikir Basmallah yang diwariskan para ulama kepada kita yang kesemuanya diambil dari samudera hikmah sunnah Nabi Muhammad Saw.
Seorang ibu ibu pengajian bercerita bahwa seorang Kiai sepuh di kampung kami dahulu memberi ijazah kepadanya untuk membaca wirid Basmalah. Setelah saya tanya berapa jumlahnya, ternyata sama persis dengan ijazah dari para ulama lainnya.
Misalnya dari sanad yang bermuara kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, Kiai kiai di banyak pesantren, hingga dari Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dan lain lain.
Syekh Abdul Qodir Jaelani berkata dalam Kitab Sholawat wal Awrad, Kitab ini berisi sholawat-sholawat di wirid wirid yang disusun oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani untuk dibaca setiap hari. Maka ada sholawat hari senin, wirid hari senin, sholawat hari selasa dan wirid hari selasa, demikian setiap hari ada sholawat dan wirid tersendiri.
Dalam kitab tersebut, pada bab kekhususan doa Basmalah beliau menulis :
“Jika engkau melazimkan (melanggengkan) hal ini (yakni wirid dan doa Basmalah) setiap malam, maka engkau akan ditulis termasuk dalam dewan para kekasih Allah (diwanul awliya).”
Namamu akan termasuk dalam golongan orang yang beruntung dan berbahagia, dan doamu akan diijabah sepanjang usia. Tidak akan engkau keluar dari dunia ini (wafat), sehingga engkau terlebih dahulu akan diperlihatkan syurga. Engkau memakan buahnya dan meminum airnya.
Maka jagalah. Demi Allah, ini adalah perniagaan yang sangat menguntungkan. Ini telah dicoba oleh banyak orang dan terbukti kebenarannya.
Jika engkau tidak mampu bangun di sepertiga malam yang terakhir, maka lakukan wiridan dan do’anya antara sunnah qabliyah shubuh dan shalat shubuh (maksudnya setelah sunnah qabliyah shubuh, sebelum shalat shubuh).
Jika engkau tidak mampu pada waktu tersebut, maka lakukan wirid dan doanya setelah shalat shubuh. Jika engkau masih tidak mampu pada waktu itu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu dan mintalah kelembutan Allah terhadap keadaanmu.”
Jadi dapat dikatakan, basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم) ini adalah wiridan yang diijazahkan Kiai dari pelosok kampung di nusantara sampai dengan ulama al hafidz al musnid ahli hadits dari Makkatul Mukarramah bahkan seorang yang sangat terkenal dengan sebutan Sulthanul Awliya (Raja nya para wali). Wirid basmalah dilakukan dari ulama kuno, sampai dengan ulama sekarang.
Hal ini jelas membuktikan perhatian para ulama-ush shalihin agar kita mendapat fadhilahnya yang tak terhingga dan agar kita tidak lepas dari kasih sayang (Rahman Rahimnya) Allah subhanahu wa ta’aalaa di mana pun kita berada. (sayang, kita umumnya tidak istiqamah mengamalkannya).
Cara mengamalan wirid basmalah
Dalam kitab Minhajul Atqiya syarah Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Awliya’ (hlm 11-12), Kiai Shaleh Darat beliau mengajarkan tata cara amalan Basmalah. Kiai Shaleh Darat adalah guru Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan, RA Kartini dan lain lain.
Dalam kitab tersebut beliau menulis yang kurang lebih artinya:
“Berkata Sayidis Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani Al-Hasani : “Jika kalian ingin sampai pada derajat “Kekasih Allah atau Orang shalih”, maka bangunlah setiap sepertiga malam terakhir (yakni sekitar pukul 03 dini hari), kemudian bacalah “Bismillaahirrahmaanirrahiim” sebanyak hitungan jumlah hurufnya berdasarkan abjad (Abajadun)”. Kemudian bacalah sholawat Nabi sebanyak bilangan nama Muhammad, lalu berdo’alah kepada Allah Ta’ala, “Ya Allah, dengan hak Bismillahirrahmanirrahim jadikanlah hamba termasuk golongan hambaMu yang shalih.”
Berapakah hitungan huruf basmalah? Kiai Shaleh Darat dalam Kitab tersebut tidak menjelaskannya / memerincinya. Tapi jika kita menengok kebanyakan ijazah para ulama, maka yang dimaksud adalah 786 kali dengan perincian menurut Abajadun sebagai berikut :
Ba (2), Sin (60), Mim (40), Alif (1), Lam (30), Lam (30), Ha (5), Alif (1), Lam (30), Ro (200), Ha (8), Mim (40), Nun (50), Alif (1), Lam (30), Ro (200), Ha (8), Ya (10) dan Mim (40) = 786 kali.
Lalu berapakah hitungan nama Muhammad ? Kiai Shaleh Darat menjelaskan dalam kitab tersebut, yakni 132 kali. Jika kita melihat tabel Abajadun maka kita temukan : Mim (40), Ha (8), Mim (40), Mim (40) dan Dal (4) = 132 kali.
Adapun lafadz sholawat yang dibaca sebanyak 132 kali tersebut adalah :
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِهٖ صَلَاةَ أَهْلِ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرِضِ عَلَيْهِ وَأَجِزْ يَا رَبِّ لُطْفِكَ الخَفِيِّ فِى أَمْرِيْ
Allahumma sholli wasallim ‘alaa sayidina Muhammadin wa ‘alaa aalih, sholaata ahlis samaawaati wal ardli ‘alaiih, wa-ajiz yaa robbi luthfikal khofiyy fii amrii
Artinya: “Ya Allah limpahkanlah sholawat dalam atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga beliau, juga limpahkanlah sholawatnya ahli langit dan bumi atas beliau, dan dengan berkah sholawat itu alirkanlah kelembutan rahasiaMu dalam urusan hamba.”
Jadi, jika kita rinci atau urutkan ijazah wirid Basmalah dari Kiai Shaleh Darat ini adalah sebagai berikut :
1. Membaca dzikir Basmalah sebanyak 786 kali
2. Membaca dzikir sholawat sebanyak 132 kali
3. Doa :
“Ya Allah, dengan hak Bismillahirrahmanirrahim jadikanlah hamba termasuk golongan hambaMu yang shalih.”
Begitu besar perhatian Kiai Shaleh Darat kepada kita sehingga dengan terperinci beliau menjelaskan tata cara dzikirnya. Karena berharap kita (para santri yang membaca kitabnya) menjadi kekasih Allah/ menjadi orang shalih. Sungguh ini harapan yang sangat agung.
Hanya saja jika melihat diri ini, kita menyadari sangat jauh dari layak untuk mendapat derajat tersebut. Namun, setidaknya kita belajar mencintai amalan orang shaleh dengan harapan kita dimasukkan dalam golongan mereka sebagaimana dalam hadits, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia masuk dalam golongan kaum itu”. Amiin amiin.
Ditulis pertama kali 03 Mei 2017 oleh Wawan Setiawan