Kebodohan manusia menurut kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah, pasal 25 tentang tanda-tanda atau ciri-ciri kebodohan
BELIMBINGWENING.COM – Sesungguhnya manusia diciptakan dengan keadaan sempurna, ia diberikan akal pikiran yang membedakan dengna makhluk lainnya. Namun terkadap akal pikirnya tertutup sehingga tampak, kebodohan manusia ini tentu ada beberapa sebab seperti mabuk atau dalam keadaan stres.
Secara pskilogis ciri-ciri orang kebodohan manusia tampak secara kasat mata seperti merasa dirinya paling benar, menyepelekan orang, ataupun karena pengaruh hal lain. Berikut ini akan dijelaskan tanda-tanda kebodohan dalam kitab Al-Hikam pasal 25 karya Syekh Ibnu Athaillah.
Al-Hikam Pasal 25:
Tanda-Tanda Kebodohan
ماتركَ من الجهلِ شيْـءـاًمن ارادَ ان يُحدِثَ فى الوَقتِ غيرَمااظهرهُ اللهُ فيهِ
“Tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, barangsiapa yang berusaha akan mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dari apa yang dijadikan oleh Allah di dalam masa itu.”
Sungguh amat bodoh seorang yang mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Pada Hikmah lain ada keterangan: Tiada suatu saat pun yang berjalan melainkan di situ pasti ada takdir Allah yang dilaksanakan.
Allah Swt berfirman dalam surah As-Sajdah ayat 5:
يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥٓ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-Sajdah: 5)
Keteraturan alam membuktikan kekuasaan dan keesaan-Nya. Dia mengatur segala urusan makhluk-Nya dari langit, yakni alam malakut, ke bumi, yakni alam bumi, kemudian urusan itu dibawa naik oleh malaikat kepada-Nya dalam satu hari yang kadar atau lama-Nya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Yang mengatur urusan demikian itu adalah tuhan yang mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, yang maha perkasa untuk mengazab siapa saja yang mengingkari dan mendustakan rasul-Nya, maha penyayang kepada hamba yang menaati-Nya.
Menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan dan lain-lain. Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan ikhlas kepada hukum ketentuan Allah pada tiap saat, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Allah Swt.