Kebebasan manusia dibatasi takdir dan himmah, takdir dapat diubah kerena usaha doa. Berikut ini penjelasan dalam kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari
BELIMBINGWENING.COM – Takdir adalah ketentuan Allah yang tidak dapat dibuah oleh manusia, dan tidak dapat lepas dengan qada dan qadar. Namun ternyata bisa diubah oleh manusia, yakni diubah dengan doa. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
إن العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه، وإن القضاء لا يرده إلا الدعاء، وإن الدعاء مع القضاء يعتلجان إلى يوم القيامة، وإن البر يزيد في العمر
“Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Berikut ini isi kitab al-hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari yang membahas dalam pasal 3. Isi kitab yang membahas tentang himmmah dan qadar yang membahas tentang kekuatan takdir
Isi kandungan kitab Al-Hikam lengkap maqolah dan syarah. Kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari pasal 3 tentang takdir. Pasal tentang himmah dan qadar membahas tentang kekuatan takdir.
Al-Hikam Pasal 3:
Takdir dan Himmah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ
“Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir.”
Kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir. Oleh karena itu segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Allah.
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan: 30)
Hikmah ini menjadi ta’lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka tajriid) seakan akan Mushonnif berkata:
“Hai murid, keinginan/himmahmu pada sesuatu, itu tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu tidak bisa menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan dengan taqdir dari Allah. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul himam) mengandung arti menentramkan hati murid dari keinginannya yang sangat.”
Sawaa-Biqul Himam (keinginan yang kuat): apabila keluar dari orang-orang sholih/walinya Allah itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari orang fasiq disebut istidroj/ penghinaan dari Allah.
Allah Swt berfirman:
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir 29).