Janji Allah itu pasti sebagaimana termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan penjelasan jangan meragukan janji Allah dalam kitab Al-Hikam
BELIMBINGWENING.COM – Allah Swt melalui firmannya yakni dalam Al-Qur’an berjanji kepada orang-orang yang beriman. Janji itu pasti benar dan nyata, berikut ini 5 (lima) janji Allah Swt.
1. Ditambahkan nikmat
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian.” (QS. Ibrahim: 7).
2. Ingat kepada Allah
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada kalian.” (Qs.Al-Baqarah: 152).
3. Doa dikabulkan
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Berdoalah kepada-Ku pasti Aku kabulkan untuk kalian.” (QS.Ghafir: 60).
4. Ampunan Allah
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Tidaklah Allah mengadzab mereka, selama mereka memohon ampun (beristighfar kepada Allah).” (QS.Al-Anfal: 33)
5. Kehidupan yang baik
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97).
Berikut ini akan dijelaskan pasal atau maqolah kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari tentang “jangan meragukan janji Allah”
Al-Hikam Pasal 7:
Jangan Meragukan Janji Allah
لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ سَرِيرَتِكَ
“Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Allah, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu (sirmu).”
Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Allah Swt akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya. Sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Allah Swt belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya. Maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Swt.
Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul (perdamaian) Hudaibiyah, ketika Rasulullah Saw, menceritakan mimpinya kepada sahabatnya. Sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk ke kota Makkah dan melaksanakan ibadah umroh dengan aman dan sejahtera (mimpi Rasulullah Saw, tersebut dalam surah al-Fath ayat 27).
Allah Swt berfirman:
لَّقَدْ صَدَقَ ٱللَّهُ رَسُولَهُ ٱلرُّءْيَا بِٱلْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ ٱلْمَسْجِدَ ٱلْحَرَامَ إِن شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ ۖ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا۟ فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَٰلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath: 27).
Sehingga ketika gagal tujuan umroh karena ditolak oleh bangsa Quraish dan terjadi penandatanganan perjanjian Sulhul-Hudaibiyah. Oleh Umar Ra dan sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan. Maka ketika Umar Ra mengajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh Nabi Muhammad Saw: “Aku hamba Allah Swt dan utusannya, dan Allah Swt tidak akan mengabaikan aku.
Allah Swt berfirman:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)
Ada sebuah hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan istinya Siti Sarah. Nabi Ibrahim senantiasa berdoa agar dikaruniai Allah Swt keturunan, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surah As-Saffat ayat 100:
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
Tatkala datang dua malaikat yang memberi kabar gembira akan lahirnya Nabi Ishaq, Siti Sarah digambarkan tersenyum keheranan. Sebagaimana di dalam Al-Quran surah Hud ayat 72-73:
قَالَتْ يَٰوَيْلَتَىٰٓ ءَأَلِدُ وَأَنَا۠ عَجُوزٌ وَهَٰذَا بَعْلِى شَيْخًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عَجِيبٌ
“Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”. (QS. Hud: 72)
قَالُوٓا۟ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۖ رَحْمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَٰتُهُۥ عَلَيْكُمْ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ ۚ إِنَّهُۥ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ
“Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”. (QS. Hud: 73)
Begitu juga Nabi Ibrahim merasa heran, padahal dirinya saat itu telah lanjut usia. Nabi Ibrahim menanyakan dirinya dan merasa ada keraguan pada dirinya. Allah Swt berfirman:
قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِى عَلَىٰٓ أَن مَّسَّنِىَ ٱلْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ
“Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?” (QS. Al-Hijr: 54)
Sesungguhnya keraguan akan janji Allah Swt akan menjadi tanda dari kelemahan tauhid atau lemahnya iman. Sehingga membuat mata hati (bashirah) menjadi buram dan bahkan tertutup begitu juga dengan cahaya sirr atau rahasia-rahasia menjadi padam.
Keraguan adalah sesutu yang berbahaya dalam jalan suluk. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, hal tersebut telah membuat kelahiran Ishaq tertunda sebagai sebuah hukuman karena ada keraguan akan janji Allah Swt. Oleh karena itu jangan meragukan janji Allah Swt, semoga Allah swt mengalirkan cahaya keimanan pada diri kita.