Rida pilihan Allah Swt adalah bentuk penghambaan seorang hamba sebagai sebuah tarekat yang harus dijalani dengan cinta dan kasih sayang
BELIMBINGWENING.COM – Qadrullah artinya takdir telah ditetapkan oleh Allah, sebagai seorang hamba rida terhadap takdir yang telah ditetapkan. Rida pilihan Allah Swt sebagai bentuk penghambaan, karena sebagai bentuk imam atas perkara-perkara yang telah ditetapkan.
Berikut ini Syekh Ibu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan pasal tentang rida dengan pilihan Allah Swt.
Al-Hikam Pasal 6:
Ridho dengan Pilihan Allah
لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَ
فهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لاف الوقتِ الذى تـُريدُ
“Janganlah keterlambatan waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Allah, bukan pada waktu yang engkau tentukan.”
Doa adalah ibadah yang utama. Allah Swt senantiasa berfirman dalam AL-Qur’an memerintahkan hambanya untuk selalu berdoa kepadanya dan Allah Swt akan mengabulkannya. Allah Swt berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min: 60)
Rasulullah Saw bersabda diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
أخرج الإمام أحمد بسنده عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله : من لم يسأل الله يغضب عليه.
Dari Abu Hurairoh Ra, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah akan marah kepadanya.” (HR. Ahmad)
Pentingnya untuk berdoa karena ia sebut juga sebagai ibadah.
روى الإمام أحمد بسنده، عن النعمان بن بشير رضي الله عنه ، قال: قال رسول الله : إن الدعاء هو العبادة، وقرأ هذه الآية :وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ .
Dari Nu’man din Basyir ra. Rosulullah bersabda: “Sesungguhnya doa adalah ibadah”. Lalu nabi membaca firman Allah: “Dan Berkatalah Tuhan kalian: ”Berdoalah kepadaku, Aku akan kabulkan doa kalian.” (QS. Ghafir :60)”
Jika kiranya doa yang kita panjatkan belum dikabulkan Allah Swt, di situ terdapat ruang pengetahuan yang kosong untuk dicari dan diisi. Doa bukan sekadar hanya terkait dengan masalah dunia, akan tetapi juga termasuk ruhaniah atau spiritual. Seperti doa supaya dibersihkan dari dosa-dosa maupun permohonan taubat untuk dikabulkan.
Hakikatnya setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba adalah sebuah refleksi dari obyek yang telah Allah Swt sisipkan. Tidak serta merta kita menginginkan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada obyeknya.
Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik. Padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya.
Karena itu bila Allah Swt yang maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan Alalh Swt yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana.
Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik baginya. Karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa. Allah Swt berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili Ra ketika mengartikan ayat ini:
قَالَ قَدْ أُجِيبَت دَّعْوَتُكُمَا فَٱسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَآنِّ سَبِيلَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
”Sungguh telah diterima doamu berdua (Musa dan Harun alaihissalam) yaitu tentang kebinasaan Fir’aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah (sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdoa), dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti (kekuasaan dan kebijaksanaan Allah).” (QS. Yunus: 89).
Maka terlaksananya kebinasaan Fir’aun yang berarti setelah diterima do’a Nabi Musa dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.
Rasulullah Saw bersabda:
وَعَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : (( يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ : يَقُوْلُ : قَدْ دَعْوتُ رَبِّي ، فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Saw bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian pasti dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. (Yaitu) orang tersebut berkata, ‘Aku telah berdoa kepada Rabbku, tetapi Dia tidak mengabulkannya untukku.’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6340 dan Muslim, no. 2735)
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : (( لاَ يَزالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ )) قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الاِسْتِعْجَالُ ؟ قَالَ : (( يَقُوْلُ : قَدْ دَعوْتُ ، وَقَدْ دَعَوْتُ ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِبُ لِي ، فَيَسْتحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ .
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Doa seorang muslim senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan hubungan keluarga, asalkan ia tidak tergesa-gesa.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang berkata, ‘Sungguh aku telah berdoa dan sungguh aku telah berdoa, namun aku belum melihat dikabulkannya doaku.” Maka ia pun merasa rugi (putus asa) ketika itu sehingga meninggalkan doa.”
Anas Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.”
Syekh Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata: Semoga Allah menyembuhkanmu (AfakAllahu). Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab.
Kemudian orang itu berkata lagi: Allah yu’aafika.
Maka Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Allah? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk kesehatan,
ketahuilah Rasulullah Saw memohon kesehatan dan ia berkata: “Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.”
Abu Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khattab memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Allah, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan oleh Allah untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya.
Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulitan. Allah Swt berfirman:
أَمَّن يُجِيبُ ٱلْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ ٱلْأَرْضِ ۗ أَءِلَٰهٌ مَّعَ ٱللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. An-Naml: 62)
Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan selain semata-mata karunia Allah Swt. Tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri sendiri.